Contoh Paradigma Pembangunan Dan Kapabilitas Aparatur

( 10 halaman )




 PENDAHULUAN

1.      Paradigma : Diartikan sebagai pola atau model atau cara pandang   terhadap suatu duduk kasus yang di dalamnya terdapat sejumlah perkiraan tertentu, teori tertentu, metode tertentu dan pemecahan kasus tertentu. Paradigma yang satu dengan paradigma yang lain tidak sanggup disamakan maupun dipersatukan, tetapi sanggup diperbandingkan. Asumsi berkaitan dengan duduk kasus keyakinan dan kepercayaan (meta teori), sehingga tidak sanggup diuji. Teori, metode dan solusi sanggup diuji, ditest dan dikritik, dikembangkan dan disempurnakan. 

 2.      Pembangunan :
a.      Pembangunan sebagai proses yang memungkinkan anggota masyarakat meningkatkan kapasitas personal dan institusional dalam memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikan kualitas yang sesuai dengan aspirasi mereka sendiri, berkelanjutan, adil dan merata (David Korten : 1990) ;
b.      Pembangunan yang dilakukan negara-negara berkembang secara umum merupakan suatu proses acara yang direncanakan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup insan dan kesejahteraan rakyat (diadaptasi dari Agus Suryono:2001)
c.       Pembangunan sanggup dimaknakan :
·         Sebagai proses perubahan sosial menuju ketataran kehidupan masyarakat yang lebih baik;
·         Sebagai upaya insan yang sadar, berkala dan melembaga;
·         Sebagai proses sosial yang bebas nilai (value free);
·         Memperoleh sifat dan konsep transendental, sebagai meta-diciplinary phenomenon, bahkan memperoleh bentuk sebagai ideologi  (the idology of develommentalism);
·         Sebagai konsep yang sarat nilai (value loaded), menyangkut proses pencapaian nilai yang dianut suatu bangsa secara makin meningkat;
·         Pembangunan menjadi culture specific, situation specific dan time specific (Tjokrowinoto : 1987)
d.      Pembangunan seharusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan demokrasi politik yang terjadi dalam bundar alasannya jawaban kumulatif (circular cumulative causation) (Myrdal, 1956, dari Agus Suryono, 2001: 56)
 3.      Teori Pembangunan
Dalam pelaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang tidak terlepas pula dari teori-teori pembangunan yang dipergunakan sebagai teladan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun menilai dan mengukur kinerjanya. Teori pembangunan yang diterapkan ialah teori pembangunan yang berusaha memecahkan kasus yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang yang tentunya berbeda dengan teori pembangunan di negara yang telah maju, lantaran banyak sekali faktor yang mempengaruhi, salah satunya contohnya untuk negara miskin (sedang berkembang) menghadapi duduk kasus bagaimana mempertahankan hidup (survival) sedangkan di negara yang sudah maju (adi kuasa) yang telah mencapai  kemapanan sosial ekonominya (establish) duduk kasus yang dipikirkan ialah bagaimana menyebarkan politik prestisenya atau bahkan bagaimana benar-benar menjadi  “polisi dunia” dalam semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun militer dari bangsa-bangsa di dunia (diadaptasi dari Agus Suryono:2001). 

 PERKEMBANGAN PARADIGMA PEMBANGUNAN           
            Berdasarkan banyak sekali pengertian dan makna pembangunan, maka pembangunan sanggup dipandang  :
 1.      Sebagai Sistem, terdapat tiga (3) unsur yaitu unsur masukan (input), unsur proses dan unsur keluaran (output).
-          Unsur Masukan (inputs) meliputi sumber daya yang dipakai baik manusia, alam, budaya, forum kemasyarakatan, nilai-nilai yang ingin dicapai;
-          Unsur Proses, meliputi kompetensi organisasi dan manajemen pemerintahan dalam pelaksanaan program-program pembangunan;
-          Unsur Keluaran (outputs) baik berupa fisik maupun non fisik.
 2.      Sebagai Metode, pembangunan berorientasi pada upaya mencapai peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat yang didukung oleh pengorganisasian dan partisipasi masyarakat selaku subyek pembangunan.
 Teori pembangunan yang dipergunakan sebagai landasan dalam perencanaan pembangunan, perumusan strategi, pelaksanaan dan penilaian kinerja pembangunan berdasarkan Agus Suryono (2001) terdapat tiga (3) kelompok teori pembangunan yang dipandang penting, yaitu :
1.      Kelompok Teori Modernisasi;
2.      Kelompok Teori Ketergantungan (dependencya theory);
3.      Kelompok Teori Pembangunan yang lain (another development).
            Dalam perkembangannya, pembangunan bangsa-bangsa di dunia mengalami beberapa pergeseran pola atau model atau paradigma pembangunan mulai dari paradigma pertumbuhan, paradigma kesejahteraan, paradigma neo - ekonomi, paradigma dependencia hingga paradigma pembangunan manusia. Dalam goresan pena ini secara terbatas dilakukan pengkajian pada tiga paradigma saja yang dipandang cukup dominan, khususnya di negara kita, yaitu  :
1.      Paradigma Pertumbuhan (Growth Paradigm);
2.      Paradigma Kesejahteraan (Welfare Paradigm);
3.      Paradigma Pembangunan Manusia (People Centered Development Paradigm)
 Paradigma Pertumbuhan (Growth Paradigm)
Pelaksanaan pembangunan dinegara berkembang (developing countries), penekanannya pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional. Penerapan paradigma pertumbuhan dalam pelaksanaan pembangunan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Dalam hubungan ini PBB mencanangkan dasawarsa pembangunan pertama berlangsung pada dasawarsa 1960-1970 dengan seni manajemen pertumbuhan ekonomi negara berkembang sebesar 5% pertahun. Pada periode ini ternyata mengabaikan kasus distribusi pendapatan nasional, sehingga timbul kasus kemiskinan, penganguran dan kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan.    
Melihat kenyataan itu terjadilah pergeseran dari seni manajemen pertumbuhan ekonomi menjadi seni manajemen pertumbuhan dan pemerataan pembangunan Selanjutnya timbul pemikiran paradigma gres yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm)
            Paradigma Kesejahteraan (welfare paradigm):
Pada awal dasawarsa 1970 – an muncul pemikiran gres dalam pelaksanaan pembangunan yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm) yang orientasinya ingin mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial dalam waktu sesingkat mungkin.
Pada periode dasawarsa pembangunan kedua (1971-1980) pelaksanaan pembangunan dengan strategi  pertumbuhan ekonomi bergeser menjadi orientasi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity of strategy development) menuju industrialisasi dengan seni manajemen pertumbuhan ekonomi sebesar 6% pertahun dengan tujuan pemerataan pembangunan di bidang pendapatan, kesehatan, keadilan, pendidikan, kewirausahaan, keamanan, kesejahteraan sosial termasuk pelestarian dan evakuasi lingkungan dari kerusakan. Dalam dasawarsa ini ternyata juga belum bisa merubah ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju ditandai dengan ketergantungan investasi, proteksi dan pinjaman luar negeri.
Penerapan paradigma kesejahteraan ini cenderung pelaksanaan pembanagunan bersifat sentralistik (top down) sehingga cenderung menumbuhkan hubungan ketergantungan antara rakyat dan proyek-proyek pembangunan (birokrasi pemerintah) yang dilakukan oleh pemerintah. Pada gilirannya sanggup membahayakan keberlanjutan proyek pembangunan itu, lantaran pembangunan sifatnya tidak  menumbuhkan  pemberdayaan (disempowering) rakyat biar bisa menjadi subyek dalam pembangunan.
            Namun tidak sanggup dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan dengan orientasi pada pertumbuhan ekonomi menyebabkan paradigma pertumbuhan menjadi semakin dominan. Akan tetapi keberhasilan itu tidak terlepas dari banyak sekali resiko negatif yang terjadi. Sebagaimana dinyatakan oleh Tjokrowinoto (1999:10) bahwa paradigma pertumbuhan cenderung membuat imbas negatif tertentu yang alhasil menurunkan derajat keberlanjutan pembangunan. Selanjutnya muncul gagasan gres dalam seni manajemen pembangunan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustained development).
Strategi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) ini mencar ilmu dari pengalaman pelaksanaan pembangunan pada dasawarsa ketiga dengan munculnya konsep tata ekonomi dunia gres sebagai upaya perbaikan sosial ekonomi negara berkembang dengan seni manajemen pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pertahun. Pada dasawarsa ini pusat perhatian proses pembangunan berkaitan dengan kasus kependudukan yang meningkat pesat (population boom), urbanisasi, kemiskinan, kebodohan, partisipasi masyarakat, organisasi sosial politik, kerusakan lingkungan dan masyarakat pedesaan. Dalam dasawarsa ini masih manghadapi kasus yakni pelaksanaan pembangunan tidak berdemensi pada pembangunan manusia, sehingga pada gilirannya  berpengaruh pada timbulnya kasus ketidak adilan, kelangsungan hidup dan ketidak terpaduan pembangunan.
Paradigma Pembangunan Manusia (People Centered Development Paradigm) :
Belajar dari pengalaman pada dasawarsa ketiga pada awal 1980-an  di negara berkembang penerapan konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) didukung dengan pendekatan pembangunan insan (human development) yang ditandai dengan pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada pelayanan sosial melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial di sektor kesehatan, perbaikan gizi, sanitasi, pendidikan dan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu juga diarahkan pada upaya mewujudkan keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya, kedamaian serta pembangunan yang berpusat pada insan (people centered development) dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat (public empowerment)  agar sanggup menjadi pemeran pembangunan sehingga sanggup menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, kemandirian dan etos kerja. Fokus perhatian dari paradigma pembangunan yang berpusat pada insan ini (people centered development paradigm) ini ialah perkembangan insan (human-growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan (sustainability). Dominasi pemikiran dalam paradigma ini ialah keseimbangan ekologi insan (balanced human ecology), sumber pembangunannya ialah gosip dan prakarsa yang kreatif dengan tujuan utama ialah aktualisasi optimal dari potensi insan (diadaptasi dari Korten, 1984:300 dalam Tjokrowinoto, 1999:218) .     Dalam paradigma pembangunan insan yang mendapat perhatian dalam proses pembangunan ialah :
a.      Pelayanan sosial (social service);
b.      Pembelajaran sosial (social learning);
c.       Pemberdayaan (empowerment);
d.      Kemampuan (capacity);
e.       Kelembagaan (institutional building).(Diadaptasi dari Agus Suryono: 2001:58)
 KAPABELITAS APARATUR PEMERINTAH DALAM  PEMBANGUNAN
Pelaksanaan pembangunan tidak terlepas dari perubahan dan perkembangan kondisi ekologi manajemen publik, terutama yang terjadi di Indonesia ketika ini sebagai tantangan yang perlu mendapat perhatian dan penyesuaian-penyesuaian dalam penerapan seni manajemen pembangunan. Dalam hubungan ini, tantangan yang dimaksudkan meliputi :
a.      Penerapan Otonomi Daerah;
b.      Globalisasi informasi;
c.       Netralitas Pegawai Negeri;
d.      Penerapan multi partai dalam sistem politik;
e.       Perdagangan bebas dan
f.        Semangat reformasi dengan segala implikasinya.





 BERSAMBUNG





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Paradigma Pembangunan Dan Kapabilitas Aparatur"

Post a Comment