Contoh Sejarah Pendidikan Islam

( 10 halaman )





BAB I
PENDAHULUAN



1.1.       Latar Belakang
Pendidikan merupakan bab yang inhern dalam kehidupan manusia. Dan, insan hanya sanggup dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena hal itulah, maka pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat vital dalam kelangsungan hidup manusia. Tak terkecuali pendidikan Islam, yang dalam sejarah perjalanannya mempunyai aneka macam dinamika. Eksistensi pendidikan Islam senyatanya telah menciptakan kita terperangah dengan aneka macam dinamika dan perubahan yang ada.
Berbagai perubahan dan perkembangan dalam pendidikan Islam itu sepatutnya menciptakan kita senantiasa terpacu untuk mengkaji dan meningkatkan lagi kualitas diri, demi peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan Islam di Indonesia. Telah lazim diketahui, keberadaan pendidikan Islam di Indonesia banyak diwarnai perubahan, sejalan dengan perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Sejak dari awal pendidikan Islam, yang masih berupa pesantren tradisional hingga modern, semenjak madrasah hingga sekolah Islam bonafide, mulai Sekolah Tinggi Islam hingga Universitas Islam, semua tak luput dari dinamika dan perubahan demi mencapai perkembangan dan kemajuan yang maksimal. Pertanyaannya kemudian ialah sudahkah kita mencermati dan memahami bagaimana kemunculan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, untuk kemudian sanggup bantu-membantu meningkatkan kualitasnya, demi tercipta pendidikan Islam yang humanis, dinamis, berkarakter sekaligus juga tetap dalam koridor Alqur’an dan Assunah. 

1.2.       Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan duduk perkara yang akan dicoba untuk dikaji dan digali, sehingga dibutuhkan bisa menambah wawasan terkait pendidikan Islam dan eksistensinya di Indonesia. Beberapa rumusan duduk perkara tersebut di antaranya:
1.        Apa pengertian Pendidikan Islam ?
2.        Bagaimana akar dan awal mula pendidikan Islam di Indonesia?
3.        Apa saja jenis lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia?
4.        Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Indonesia ?

1.3.       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai Pendidikan Islam di Indonesia, serta bagaimana  sistem Pendidikan Islam sanggup menjamin kesejahteraan umat.
1.4.       Metode Penulisan
Metode penelitian dan pengumpulan data dalam makalah ini di lakukan dengan sistem dokumentatif, yaitu mengambil rujukan materi dari beberapa sumber yang telah di rangkum.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan ialah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan insan yang ideal. Manusia ideal ialah insan yang tepat akhlaqnya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Agama Islam ialah agama universal yang mengajarkan kepada umat insan mengenai aneka macam aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu fatwa Islam ialah mewajibkan kepada umatnya untuk melakukan pendidikan, alasannya ialah dengan pendidikan insan sanggup memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laris individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu acara asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laris insan yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas insan dalam tugas dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memperlihatkan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak insan untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.

2.2.    Pesantren; Akar Pendidikan Islam di Indonesia
Terkait kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, hingga ketika ini masih menjadi kontroversi di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun demikian, mayoritas dari mereka menerka bahwa Islam telah diperkenalkan di Indonesia sekitar kala ke-7 M oleh para musafir dan pedagang muslim, melalui jalur perdagangan dari Teluk Parsi dan Tiongkok. Kemudian pada kala ke-11M sudah sanggup dipastikan bahwa Islam telah masuk di kepulauan Nusantara melalui kota-kota pantai di Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Dan, pada kala itu pula muncul pusat-pusat kekuasaan serta pendalaman studi ke-Islaman. Dari pusat-pusat inilah kemudian jadinya Islam sanggup berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan dan ekspansi Islam itu tidak lain melalui para pedagang muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan cara pendirian masjid, pesantren atau dayah atau surau.
Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung semenjak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi maupun kolektif antara muballigh (pendidik) dengan penerima didiknya. Setelah komunitas muslim tempat terbentuk di suatu tempat tersebut, mereka membangun tempat peribadatan dalam hal ini masjid. Masjid merupakan forum pendidikan Islam yang pertama muncul, di samping rumah tempat kediaman ulama’ atau muballigh.
Setelah penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa perlu untuk mempunyai sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran Islam. Untuk itu, muncullah forum pendidikan lainnya menyerupai pesantren, dayah ataupun surau. Nama–nama tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.
Pesantren sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran Islam sesudah keberadaan masjid, senyatanya mempunyai dinamika yang terus berkembang hingga sekarang. Menurut Prof. Mastuhu, pesantren ialah forum pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan fatwa Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sikap sehari-hari.
Pesantren sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata kependidikan Islam di tengah-tengah masyarakat semenjak kala ke-13 M, kemudian berlanjut dengan pasang surutnya hingga sekarang. Untuk itulah, tidak absurd jikalau pesantren telah menjadi akar pendidikan Islam di negeri ini. Karena senyatanya, dalam pesantren telah terjadi proses pembelajaran sekaligus proses pendidikan; yang tidak hanya memperlihatkan seperangkat pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai (value). Dalam pesantren, terjadi sebuah proses pembentukan tata nilai yang lengkap, yang merupakan proses sumbangan ilmu secara aplikatif.
Menurut Muhammad Tolhah Hasan dalam bukunya Dinamika Tentang Pendidikan Islam, disebutkan bahwa komponen-komponen yang ada dalam pesantren antara lain:
a.         Kyai, sebagai figur sentral dan lebih banyak didominasi dalam pesantren, sebagai sumber ilmu pengetahuan sekaligus sumber tata nilai.
b.        Pengajian kitab-kitab agama (kitab kuning), yang disampaikan oleh Kyai dan diikuti para santri.
c.         Masjid, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajian, disamping menjadi pusat peribadatan.
d.        Santri, sebagai pencari ilmu (agama) dan pendamba bimbingan Kyai.
e.         Pondok, sebagai tempat tinggal santri yang menampung santri selama mereka menuntut ilmu dari Kyai.
Sedangkan dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan, di pesantren memakai dua sistem yang umum, yakni:
a.         Sistem “sorongan” yang sifatnya individual, yakni seorang santri mendatangi seorang guru yang akan mengajarkan kitab tertentu, yang umumnya berbahasa Arab.
b.        Sistem “bandongan” yang sering disebut dengan sistem weton. Dalam sistem ini, sekelompok santri mendengarkan dan menyimak seorang guru yang membacakan, menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab kuning. Setiap santri memperhatikan kitab masing-masing dan menciptakan catatan yang dirasa perlu.
Kelompok bandongan ini jikalau jumlahnya tidak terlalu banyak, maka disebut dengan halaqoh yang arti asalnya ialah lingkaran. Di pesantren-pesantren besar, ada lagi sistem lain yang disebut musyawarah, yang diikuti santri-santri senior yang telah bisa membaca kitab kuning dengan baik.
Hingga kini, keberadaan pesantren telah mengalami aneka macam dinamika, semenjak dari pesantren tradisional hingga pesantren modern. 

2.3.    Lembaga-lembaga pendidikan Islam sesudah Pesantren
Eksistensi pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya, antara lain:








 BERSAMBUNG





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Sejarah Pendidikan Islam"

Post a Comment