Kepemimpinan merupakan suatu studi yang seharusnya bisa dipahami oleh seorang pemimpin dalam menggerakkan roda organisasinya. Dimulai dari tahapan pengertian muncullah konsep kepemimpinan yang berisikan unsur – unsur, fungsi – fungsi dan banyak sekali macam gaya serta tipe kepemimpinan yang bisa dipilih dan diaplikasikan oleh seorang pemimpin. Akan tetapi perlu disadari oleh seorang pemimpin dan orang yang ingin menjadi seorang pemimpin bahwa pada hakekatnya menjadi top leadher tidak cukup memahami hal tersebut diatas. Ada lagi banyak aspek – aspek penting yang dijadikan pertimbangan – pertimbangan bagi seorang pemimpin khususnya dalam mengambil suatu keputusan. Berikut tahapan yang bisa dijadikan pemikiran ataupun langkah yang efektif bagi seorang pemimpin dan orang yang ingin menjadi seorang pemimpin :
I. Pengertian Kepemimpinan.
James A.F. Stoner dan Charles Wankel (1986; p.445) yang mengutip pendapat Churchil menyampaikan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan dan ketrampilan mengarahkan, merupakan faktor penting dalam efektifitas manajer/pimpinan.
Stephen P Robbins (1991 : p.354) menyampaikan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.
Robert G Owens (1995: p. 132) menyampaikan bahwa kepemimpinan merupakan suatu interaksi antar suatu pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin.
Gibson dkk (1997 : p.334) menyampaikan bahwa kepemimpinan ialah upaya memakai banyak sekali jenis efek yang bukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi biar mencapai tujuan tertentu.
Harold Koontz, Cyril O’Donnel dan Heinz Weihrich menyampaikan bahwa kepemimpinan ialah seni atau proses mempengaruhi orang (anggota organisasi) sehingga akan berusaha mencapai tujuan organisasi dengan kemauan dan antusiasme yang tinggi.
George R. Terry di dalam terjemahan Winardi (1985 : h.343) menyampaikan kepemimpinan ialah korelasi dimana seseorang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerjasama secara suka rela dalam mengerjakan kiprah untuk mencapai hal yang diinginkan pemimpin tersebut.
Kepemimpinan yang efektif ialah kemampuan/ kecerdasan mendorong sejumlah orang biar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Sondang P. Siagian (1994, hal 36) menyampaikan bahwa kepemimpinan merupakan inti administrasi yakni sebagai motor aktivis bagi sumber-sumber dan alat-alat dalam organisasi. Sukses tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan tergantung atas cara-cara memimpin yang dipraktekkan oleh seorang pemimpin.
II. Unsur – unsur Kepemimpinan :
Dari beberapa pengertian diatas sanggup diidentifikasi unsur-unsur utama sebagai esensi kepemimpinan. Unsur-unsur itu ialah :
1. Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi.
2. Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi.
3. Unsur interaksi atau acara dan proses mempengaruhi.
4. Unsur tujuan yang hendak dicapai.
5. Unsur perilaku/kegiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi.
Pemimpin dalam konteks struktural ialah pemimpin formal diantaranya terdiri dari para manajer yang menjalankan acara manajerial di dalam unit kerja organisasinya. Pemimpin dalam konteks struktural diangkat secara resmi oleh pihak yang berwenang dengan mengeluarkan surat keputusan pengangkatannya. Para manajer sebagai pemimpin lebih banyak dikenal di lingkungan organisasi yang disebut perusahaan dan industri atau tubuh perjuangan termasuk koperasi.
III. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan.
Strategi utama dalam kepemimpinan ialah kemampuan pemimpin menjalankan fungsi sebagai anggota organisasi. Dengan taktik ini pemimpin harus bisa menempatkan diri sebagai orang dalam organisasi (in group), dan tidak dirasakan sebagti orang luar (out group). Strategi utam ini hanya akan sanggup diwujdkan apabila pemimpin dalam menjalankan interaksi social dengan anggota kelompoknya, memperlihatkan kemampuan memahami, memperhatikan dan terlibat dalam masalah-masalah dan kebutuhan organisasi dan anggotanya. Untuk itu pemimpin harus mempunyai kemampuan mengimplementsikan fungsi-fungsi kepemimpinan biar menerima dukungan, tanpa kehilangan rasa hormat, rasa segan dan kepatuhan dari semua anggota organisasi.
a. Fungsi Pengambil Keputusan.
Fungsi pengambilan keputusan sebagi taktik kepemimpinan sangat penting peranannya, sebab tanpa kemampuan dan keberanian, pemimpin mustahil menggerakkan anggota organisasinya. Pada tahap berikutnya pemimpin harus bisa mengkomunikasikan keputusan yang telah ditetapkannya pada anggota organisasi untuk dilaksanakan. Disamping itu seorang pemimpin memerlukan kecerdasan intelektual dan kecerdasan sosial/ emosional dalam mengambil suatu keputusan dalam organisasi. Hal ini dimungkin bila suatu organisasi menghadapi pesaing-pesaing bisnis yang tangguh.
Dalam fungsi pengambilan keputusan , seorang pemimpin perlu mengikut sertakan anggota-anggota organisasi sesuai posisi dan tanggung jawabnya masing-masing. Pengikutsertaan sanggup dilakukan dengan memberi masukan, saran, gagasan baik dalam maupun luar rapat.
Fungsi pengambilan akan lebih efektif apabila pemimpin bisa membuat dan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Dengan adanya SIM diharapkan keputusan yang diambil akan lebih akurat sebab didasrkan pada isu yang bersifat terkini (up to date).
b. Fungsi Instruktif.
Setiap pimpinan harus memahami bahwa didalam posisi dan kiprahnya secara implicit terdapat kekuasaan dan wewenang serta tanggung jawab, yang harus dijalankan secara efektif. Salah satu diantaranya ialah kekuasaan atau wewenang memerintahkan anggotanya untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan sesuatu kiprah dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi. Dengan kata lain fungsi instruktif tidak harus dijalankan secara otoriter, yang sanggup berdampak pemimpin kehilangan kewibawaannya sebab arahan ditantang atau ditolak/ tidak dilaksanakan oleh anggota organisasi.
Perintah dari seorang pemimpin harus diampaikan secara jelas, baik mengenai isinya maupun dari segi bahasanya yang harus sesuai dengan tingkat pendidikan anggota yang mendapatkan perintah. Dalam memperlihatkan perintah sebaiknya disertai klarifikasi kepada anggota organisasi yang akan melakukannya, perihal dampak atau tanggapan yang akan terjadi apabila perintah dikerjakan dengan salah/keliru sehingga pelaksanaan perintah akan lebih hati-hati dan teliti.
c. Fungsi Konsultatif.
Untuk lebih mengefektifkan organisasi, setiap pemimpin harus siap dan memberika kesempatan pada anggota organisasi untuk berkonsultasi dalam mengatasi masalah-masalah yang berafiliasi dengan pekerjaan. Fungsi konsultatif sanggup juga berarti anggota organisasi diberi kesempatan memberikan kritik, saran, isu dan pendapat yang berafiliasi dengan pekerjaan dan organisasi. Pelaksanaan fungsi konsultatif sanggup dipakai untuk menghimpun informasi-informasi gres yang mempunyai kegunaan untuk melaksanakan perbaikan kepemimpinan, terutama untuk pengambilan keputusan.
d. Fungsi Partisipatif.
Dalam Fungsi partisipatif sebagai taktik kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi terdapat dua hal yang sangat diperlukan. Yang pertama ialah kemampuan pemimpin mengikutsertakan anggota organisasi sesuai dengan posisi dan kewenangannya biar berpartisipasiaktif dalam menyebarkan acara khususnya pengambilan keputusan. Dan yang kedua ialah kesediaan pimpinan dan pimpinan-pimpinan dibawahnya untuk berpartisipasi dalam membantu anggota organisasi dalam menuntaskan duduk kasus yang dihadapi khususnya pekerjaan.
e. Fungsi Delegatif.
Dalam melaksanakan kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, setiap pemimpin memerlukan dan mempunyai kekuasaan/ kewenangan dan tanggungjawab yang harus diimplementasikan secara baik dan benar. Dalam memakai kekuasaan dan tanggung jawabnya, pemimpin harus bisa mengatur atau membuat aturan-aturan dan berusaha menegakkan dan mematuhi aturan-aturan dan berusaha menegakkan dan mematuhi aturan-aturan itu, sebab merupakan cuilan yang menempel secara implisit pada diri dan jabatannya. Dalam mempengaruhi orang lain biar mematuhi aturan-aturan itu, pemimpin harus lebih dahulu menampilkan diri sebagai anggota organisasi yang kepatuhannya paling prima. Dengan kata lain pemimpin harus bisa menjadi suri tauladan dalam mematuhi peratuar yang dibentuk atas dasar kekuasaan yang dimilikinya. Salah satu hukum yang sangat pentingadalah pembidangan dan pembagian volume kerja sesuai struktur organisasi.
Pada kenyataannya pelimpahan wewenang dan tanggungjawab sangat penting bagi pemimpin puncak dan pemimpin tingkat atas, dan sangat bermanfaat serta penting artinya bagi pimpinan tingkat menengah dan bawah.
IV. Tipe dan Gaya Kepemimpinan.
Kepemimpinan dalam organisasi ialah merupakan suatu proses yang rumit dan vital. Hal ini mungkin merupakan faktor yang benar-benar sanggup membedakan antara sejumlah pemimpin yang lebih berhasil, sedangkan yang lainnya gagal didalam memimpin bisnis. Satu pendekatan awal dalam studi kepemimpinanadalah riset terhadap sifat-sifat yang esensiil bagi kepemimpinan yang efektif dan pendekatan berikutnya ialah menekankan pada sikap pemimpin dari pada sifat-sifat pemimpin (Wexley dan Yukl, 1992). Telah banyak upaya untuk menjelaskan dan membuat kategori gaya kepemimpinan yang berbeda tetapi semuanya kembali pada mutu setiap orang sebagai pemimpin. Di dalam istilah praktis, siapapun yang menduduki kiprah pemimpin apakah mereka mempunyai atau tidak mempunyai perangai yang diinginkan, yang penting ialah sanggup mencoba untuk bertindak secara efektif sebagai seorang pemimpin.
Tipe kepemimpinan sanggup diartikan sebagai bentuk / jenis kepemimpinan, yang didalamnya diimplementasikan satu atau lebih gaya kepemimpinan sebagai pendukungnya.
Gaya kepemimipinan ialah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Secara relative ada tiga macam tipe kepemimpinan yang berbeda yaitu : Otokratis, Demokratis, Bebas/ Laissez-Faire (Reksohadiprojo dan Handoko,1995). Ketiga tipe kepemimpinan tersebut dijelaskan, dibawah ini :
Tipe Otokratis :
1. Anggota organisasi cenderung pasif, bekerja menunggu perintah dan tidak berani mengambil keputusan meski duduk kasus yang dihadapi kecil/ sepele.
2. Mematikan kreativitas, inisiatif sehingga organisasi tidak berkembang secara dinamis.
3. Pemimpin tidak menyukai perubahan, perbaikan dan perkembangan organisasi.
4. Disiplin diterapkan secara kaku dan ketat.
5. Pemimpin cenderung bersifat pribadi dan semua keputusan terpusat pada pemimpin.
Tipe kepemimpinan sewenang-wenang ini cenderung diwujudkan melalui gaya pemimpin yang berorientasi pada kiprah dan hasil yang secara ekstrim harus sesuai dengan harapan pemimpin dan tidak berorientasi pada anggota organisasi sejalan dengan teori X yang beranggapan bahwa insan intinya meiliki sifat malas, penakut dan tidak bertanggungjawab.
Berdasarkan uraian diatas tipe pemimpin yang sewenang-wenang terdiri dari beberapa gaya kepemimpinan antara lain :
a. Gaya Kepemimpinan Diktatoris (dictator).
Hampir seakan-akan dengan gaya kepemimpinan yang otokrat akan tetapi gaya kepemimpinan ini lebih cenderung kejam dan sadis. Beberapa sikap atau gaya kepemimpinan Diktator antara lain :
- Berperilaku sebagai penguasa tunggal yang tidak sanggup diganti sebab dirinya diciptakan untuk berkuasa.
- Setiap kehendak atau kemauan pemimpin diktatoris harus terlaksana.
- Orientasi kerjanya hanya pada hasil tidak perduli bagaimana cara mencapainya.
- Ucapannya diberlakukan sebagi peraturan yang tidak bisa dibantah tapi harus dilakukan.
- Adanya bahaya yang eksekusi yang berat bagi yang melanggar peraturannya.
b. Gaya Kepemimpinan Otokrat (autocrat) yang ditampilkan sebagai berikut :
- Berorientasi pada pelaksanaan tugas.
- Pelaksanaan kiprah dihentikan menyimpang dari arahan pemimpin.
- Tidak ada kesempatan bagi anggota organisasi untuk memberikan saran, pendapat, kritik.
- Tidak berorientasi pada hub. manusiawi dengan anggota organisasi.
- Pemimpin bertolak pada prinsip bahwa “manusia lebih suka diarahkan tanpa memikul tanggungjawab”.
c. Gaya Kepemimpinan Diserter (pembelot).
Gaya ini memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :
- Pemimpin menghindari kiprah dan tanggungjawab mempengaruhi dan mengarahkan anggoita organisasi daalam mencapai tujuan.
- Pemimpin keras dalam memakai kekuasaan pada anggota organisasi yang tidak mengikuti kemauannya.
- Pemimpin bahagia menyendiri dan tidak bahagia bergaul dan cenderuing tertutup pada anggota organisasinya.
- Pemimpin gampang mengalah dalam menghadapi kesulitan.
- Pemimpin akan bekerja gigih untuk pekerjaan yang menguntungkan tapi sebaliknya atau dengan kata lain pemimpin tidak berorientasi pada hasil.
d. Gaya Kepemimpinan Missionary (pelindung dan penyelamat).
Gaya ini memperlihatkan cirri-ciri sebagai berikut :
- Pemimpin mengutamakan orientasi korelasi dengan anggota orgaisasi. Perilaku ini didasari perkiraan bahwa hub. manusiawi yang efektif sangat penting dalam membujuk anggota organisasi biar melaksanakan tindakan sesuai harapan pemimpin. Dengan kata lain pemimpin menyelubungi pemaksaan kehendak melalui penciptaan kondisi yang kondusif.
- Pemimpin mencegah kontradiksi atau konflik baik itu dengan orang lain atau anggota organisasi.
- Pengawasan dijadikan sarana unutuk memberi kesan bahwa pimpinan menaruh perhatian pada anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan, arahan dan kebijakannya.
e. Gaya Kepemimpinan Kompromi (Compromiser).
Gaya kepemimpinan ini memperlihatkan huruf sebagai berikut :
- Pemimpin mempertahankan kekuasaannya tidak berorientasi pada anggota organisasi tapi pda pimpinan atasannya yang besar lengan berkuasa dan menetukan jabatan kepemimpinannya.
- Mengikutsertakan bawahan dalam mengambil keputusan tetapi bukan untuk memberi kesempatan memberikan gagasan atau kretivitas tapi untuk meyakinkan bahwa rencana keputusan tersebutu sanggup diterima dan dilaksanakan.
- Tidak tertarik pada pengembangan organisasi.
- Memperalat bawahan unutuk mencapai tujuan tertentu tapi tidak menghiraukan kondisi bawahannya.
f. Gaya Kepemimpinan Otokratik Lunak (Benevolent Autocratic)
Gaya otokratik lunak menunjukkn cirri-ciri sebagai berikut :
- Pemimpin berorientasi pada hasil, dengan dimanipulasi berorientasi pada anggota organisasi dalam kadar yang rendah.
- Instruksi yang diberikan oleh pemimpin sanggup meyakinkan anggota organisasi bahwa pelaksanaannya ialah untuk kepentingan organisasi.
- Peraturan dibentuk seolh-olah untuk kepentingan organisasi padahal bersama-sama peraturan itu hanya untuk mempertahankan kekuasaan pemimpin.
- Pemimpin cenderung kurang percaya diri dan menentukan orang-orang kepercayaan (kroni).
- Sanksi/ eksekusi merupakan senjata dalam menuntut kepatuhan anggota organisasi/.
Tipe Kepemimpinan Demokratis :
BERSAMBUNG
FILE TERSUSUN RAPI FORMAT DOCX (bisa di edit)
silahkan sms langsung, file akan dikirim via email
TERIMAKASIH .............SEMOGA BERMANFAAT
silahkan sms langsung, file akan dikirim via email
TERIMAKASIH .............SEMOGA BERMANFAAT
0 Response to "Contoh Bahan Kepemimpinan"
Post a Comment