Contoh Makalah Ekonomi Pembangunan

11 Lembar

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN


BAB I
PENDAHULUAN



1. 1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yaitu suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertaidengan perubahan mendasar dalam struktur ekonomi suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak sanggup lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi yaitu proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya yaitu pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya
pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada banyak sekali sektor perekonomian menyerupai dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis mencoba membuat identifikasi permasalahan terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut
         1. Apa saja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009?
         2.   Siap kah Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dalam Persaingan Global?.
1. 3 Tujuan Penulisan
Supaya mahasiswa sanggup lebih memahami terhadap situasi ekonomi yang mana kini menjadi topik hangat dan dilema luar biasa bagi seluruh dunia. Paling tidak mahasiswa sanggup memecahkan duduk kasus kecil yang berafiliasi dengan planning pembangunan di negara kita. Diharapkan pula makalah ini sanggup menjadi contoh berguru dalam mempelajari permasalahan ekonomi.



BAB II
PEMBAHASAN


1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Reformasi sistem politik di Indonesia baik yang bersifat kelembagaan maupun perundangan memunculkan model perencanaan dan kebijakan pembangunan nasional yang gres mengantikan model perencanaan dan kebijakan lama. Muara dari reformasi ini yaitu impian untuk melaksanakan perbaikan-perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang timbul dari praktik perencanaan pembangunan maupun kebijakan pembangunan yang sebelumnya pernah diterapkan demi pencapaian tujuan kesejahteraan rakyat sebagaimana di amanatkan oleh konstitusi.
Dalam konteks ini, Pemerintah dan dewan perwakilan rakyat menyepakati pengundangan UU Nomor 25 tahun 2004 perihal Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai landasan bagi proses perumusan kegiatan pembangunan baik dalam jangka panjang, menengah maupun tahunan. Berkaitan dengan kegiatan pembangunan jangka menengah, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2004 perihal Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2004-2009 sebagai pedoman bagi penyusunan planning kerja tahunan pemerintah.
Secara singkat, model dan alur perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2004 perihal Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam dijelaskan dalam diagram berikut ini.
Sejalan dengan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 ketiga tahun 2001, Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak lagi memegang kedaulatan negara tertinggi. Selain itu, MPR juga tidak lagi mempunyai kewajiban untuk tetapkan GBHN.
Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar 1945 hingga amandemen keempat, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu:
Penguatan kedudukan forum legislatif dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); Ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan planning pembangunan nasional; dan Diperkuatnya Otonomi Daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Pemilihan presiden secara pribadi sebagai hasil perubahan Undang-Undang Dasar 45 dan ditiadakannya GBHN sebagai pedoman Presiden untuk menyusun planning pembangunan serta pemberlakuan UU Nomor 32 tahun 2004, sebagai amandemen UU Nomor 22 tahun 1999, perihal Pemerintahan Daerah yang memungkinkan penyelenggaraan otonomi kawasan dengan kewenangan yang lebih luas, konkret dan bertanggung jawab kepada Daerah menjadi landasan perlunya sistem perencanaan pembangunan nasional. Pemberian kewenangan yang luas kepada Daerah juga membawa konsekuensi diperlukannya langkah koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan nasional, pembangunan daerah, maupun pembangunan antar daerah. Untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan diatas, pada tanggal 5 Oktober 2004 Pemerintah dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat menerbitkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 perihal Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Melalui UU Nomor 25 tahun 2004, bangsa Indonesia memasuki era gres dalam sejarah pembangunan nasional untuk menjamin kegiatan pembangunan yang berjalan secara efektif, efisien, dan bersasaran dalam rangka mewujudkan tujuan negara sebagaimana diamanahkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Masih tingginya laju pertumbuhan dan jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, meskipun laju pertumbuhannya sanggup dikendalikan sehingga semakin menurun. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 1990 dan 2000, jumlah penduduk Indonesia 179,4 juta jiwa dan 206,3 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun pada periode 1990-2000, lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk periode 1980-1990 (1,97 persen). Meskipun telah terjadi penurunan pertumbuhan penduduk lantaran menurunnya angka kelahiran, namun secara otoriter pertambahan penduduk Indonesia masih:akan meningkat sekitar 3 hingga 4 juta jiwa per tahun. Hal ini disebabkan belum terkendalinya angka kelahiran pada tahun 1970- an, sehingga terjadi peningkatan jumlah penduduk pasangan usia subur yang relatif lebih cepat dibanding kelompok usia sebelumnya, atau timbulnya momentum kependudukan.
Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk. Faktor utama yang mensugesti laju pertumbuhan penduduk yaitu tingkat kelahiran. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971, angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) diperkirakan 5,6 anak per perempuan usia reproduksi, dan ketika ini telah turun lebih 50 persen menjadi 2,6 anak per perempuan (Survei Demografl dan Kesehatan Indonesia-SDKI 2002-2003). Penurunan TFR antara lain lantaran meningkatnya penggunaan alat dan obat kontrasepsi (prevalensi) pada pasangan usia subur pada tahun 1980-an. Pada tahun 1971, angka prevalensi penggunaan kontrasepsi kurang dari 5 persen, tahun 1980 meningkat menjadi 26 persen, tahun 1987 menjadi 48 persen, tahun 1997 menjadi 57 persen, dan tahun 2002 sebesar 60 persen (SDKI 2002-2003).


2. SDM Indonesia dalam Persaingan Global
Sumberdaya insan (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana membuat SDM yang berkualitas dan mempunyai keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan.
Adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment Lesunya dunia perjuangan akhir krisis ekonomi yang berkepanjangan hingga ketika ini menjadikan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia. Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi tinggi ikut bertanggungjawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi tinggi, lantaran ketidakmampuannya dalam membuat iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Masalah SDM inilah yang mengakibatkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal gila berupa pertolongan dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi.
Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan—tidak lebih dari 12% -- pada peme-rintahan di era reformasi. Ini menawarkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat maupun kawasan secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan sempurna memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki (resources base).
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan duduk kasus bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga kendala yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu kendala kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud yaitu menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi duduk kasus dari kurikulum sekolah yaitu belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang bisa membuat dan membuatkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan kendala pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Ekonomi kurun ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah niscaya dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut korelasi intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global berdasarkan World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Perwujudan konkret dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Produksi, di mana perusahaan berproduksi di banyak sekali negara, dengan sasaran biar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik lantaran upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun lantaran iklim perjuangan dan politik yang kondusif.
Pembiayaan. Perusahaan global mempunyai jalan masuk untuk memperoleh pertolongan atau melaksanakan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan 





 BERSAMBUNG






Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Makalah Ekonomi Pembangunan"

Post a Comment