BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas sanggup dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kelemahan dari pendekatan ekonomi murni?
2. Apakah perbedaan antara ekonomi murni dengan ekonomi politik kelembagaan?
3. Siapa sajakah tokoh ekonomi politik kelembagaan?
4. Apakah tugas transakai kelembagaan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan wacana kelemahan pendekatan ekonomi murni
2. Menjelaskan wacana perbedaan antara ekonomi murni dengan ekonomi politik kelembagaan
3. Menjelasakan wacana tokoh ekonomi politik kelembagaan
4. Menjelaskan wacana tugas transaksi kelembagaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelemahan Pendekatan Ekonomi Murni
Pendekatan ekonomi murni yakni adanya kelangkaan dan pilihan. Model pendekatan ini tidak mempertimbangkan faktor motivasi yang ada dibelakang pemain film yang terkait dalam proses atau insiden tertentu. Motivasi diasumsikan cateris paribus, dan semua faktor di luar bidang ilmu ekonomi dianggap telah given. Dengan klarifikasi yang terlalu menyederhanakan persoalan, Sehingga konsep-konsep ilmu ekonomi politik yang dikembangkan oleh kaum Klasik dan Neo Klasik mengabaikan faktor-faktor lain yang tolong-menolong ikut menentukan bagaimana acara ekonomi itu dilakukan.
Dari kelemahan model pendekatan yang dikembangkan oleh Klasik dan Neoklasik tersebut mendorong pakar-pakar sosial politik untuk menyebarkan paradigma lain yang disebut pendekatan ekonomi politik kelembagaan. Ekonomi politik kelembagaan sanggup dijadikan sebagai salah satu bentuk pemecahan kasus politik dan kasus ekonomi.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar kasus ekonomi maupun kasus politik justru berada di luar domain ekonomi dan politik itu sendiri, yaitu dalam kelembagaan yang mengatur proses kerja suatu perekonomian maupun proses-proses politik.
C. Tokoh-tokoh Ekonomi Politik Kelembagaan
Veblen (Peran Nilai dan Norma-norma)
Bapak Ekonomi Politik Kelembagaan yakni Thostein Veblen (1857-1929), yang menjelaskan bahwa kelembagaan sebagai norma-norma yang membentuk sikap masyarakat dalam bertindak, baik dalam sikap konsumsi maupun produksi. Kritik yang diberikan oleh Veblen terhadap teori ekonomi Klasik dan Neoklasik yakni bahwa ketika orang yang seharusnya bertindak rasional dalam mengkonsumsi, dengan menentukan alternatif terbaik untuk mamaksimisasi utilitas, maka Veblen dalam The Theory Of Leisure Class (1899), menggambarkan bahwa masyarakat Amerika yang materialistis, cenderung melaksanakan sikap konsumsi yang tidak masuk akal (conspicius consumption). Menurut Veblen bahwa keseimbangan ekonomi yakni suatu hal yang mustahil terjadi.
Veblen dalam bukunya Absentee Ownership and Business Enterprise (1923), yang membahas sikap pengusaha dalam mencari laba. Dijelaskan oleh Veblen bahwa dulu keuntungan diperoleh dengan kerja keras, akan tetapi ketika ini banyak diperoleh lewat trik-trik licik. Dulu investasi masuk ke “production for use”, ke sektor riil kini investasi masuk ke pasar modal dengan pola“production for profit”.
Production for profit inilah yang disebut oleh Veblen sebagai Absentee Ownership, dengan sikap yang licik dalam upaya memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menjadi predator yang mematikan lawan. Sifat licik tersebut ditunjukan dengan “engan mengikuti hukum permainan” melainkan lebih pada perjuangan untuk “mempermainkan peraturan”. Beberapa teladan kasus yang diberikan oleh Veblen adalah, pengusaha jalur kereta api di Amerika Serikat tahun 30-an, George Soros dengan Quantum Fund-nya yang melululantahkan pasar modal negara-negara Asia Timur.
FILE TERSUSUN RAPI FORMAT DOCX (bisa di edit)
silahkan sms langsung, file akan dikirim via email
TERIMAKASIH .............SEMOGA BERMANFAAT
silahkan sms langsung, file akan dikirim via email
TERIMAKASIH .............SEMOGA BERMANFAAT
0 Response to "Contoh Ekonomi Politik Dan Kelembagaan"
Post a Comment