( 23 halaman )
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seiring dengan bergulirnya waktu yang menuntut banyak perubahan, banyak organisasi dikala ini merasa perlu untuk mengubah budaya perusahaan guna menjamin kelangsungan hidupnya atau untuk memperoleh laba yang lebih kompetitif. Hal ini sering didorong oleh kenyataan bahwa budaya yang telah ada kadang tidak lagi bisa memperbaiki keadaan masa tiba menyerupai yang dibutuhkan organisasi. Kekuatan-kekuatan dalam lingkungan eksternal organisasi sanggup mengisyaratkan kebutuhan perubahan budaya, contohnya dengan adanya persaingan yang makin tajam dalam suatu lingkungan industri menuntut perubahan budaya organisasi untuk senantiasa bisa merespon harapan konsumen dengan lebih cepat. Di samping berasal dari lingkungan eksternal, kekuatan perubahan budaya juga bisa berasal dari dalam/internal. Sebagai pola jikalau manajer senior (eksekutif) menerapkan pendekatan-pendekatan gres untuk administrasi organisasi.
Suatu dikala ditetapkan bahwa ada kebutuhan akan perubahan, maka langkah pertamanya yakni menganalisis budaya yang hidup di dalam organisasi. Selanjutnya perlu untuk memikirkan keadaan selesai yang diinginkan sejauh mana budaya tersebut dilibatkan. Tekanan utama dalam perubahan dan pengembangan budaya yakni mencoba untuk mengubah nilai-nilai, sikap, dan sikap karyawan secara keseluruhan.
Suatu organisasi dibuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, alasannya yakni intinya organisasi merupakan bentuk perserikatan dari insan untuk mencapai tujuan bersama dimana di dalamnya terdapat aktifitas, oleh alasannya yakni itu organisasi perlu mempunyai karyawan yang berkualitas serta mempunyai semangat dan loyalitas yang tinggi. Semangat dan loyalitas yang tinggi dipengaruhi oleh kemampuan pegawainya serta budaya organisasi yang ada, untuk itu perlu adanya peningkatan kemampuan pegawai dan pembentukan budaya organisasi yang baik sesuai dengan kebutuhan karyawan.
Tenaga kerja atau sumber daya insan merupakan faktor yang mutlak diharapkan dalam suatu organisasi, baik pada instansi pemerintah, perusahaan-perusahaan atau usaha-usaha sosial untuk mendapatkan suatu balas jasa/imbalan tertentu. Tenaga Kerja sanggup diartikan sebagai buruh, karyawan, pekerja, pegawai, pada hakekatnya mempunyai maksud yang sama. Manajemen sumber daya insan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas manusia, dengan memperbaiki sumber daya manusia, meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga sanggup mewujudkan karyawan yang mempunyai disiplin dan kinerja yang tinggi diharapkan pula tugas yang besar dari pimpinan organisasi. Dalam meningkatkan kinerja karyawan diharapkan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan memperhatikan kebutuhan dari para karyawan, diantaranya yakni terbentuknya budaya organisasi yang baik dan terkoordinasi.
PT PAL yakni salah satu perusahaan nasional yang berdiri sekitar 20 tahun yang lalu. Dengan usahanya, kini ini perusahaan tersebut memproduksi produk yang bisa menembus pasar internasional. Jika diingat kembali, sekitar 13 tahun yang kemudian Indonesia mengalami krisis moneter yang membuat banyak perusahaan dalam negeri menutup usahanya. Namun dengan segenap usahanya, PT PAL terbukti bisa bangun dari krisis tersebut dan kini sudah menjadi perusahaan yang berkelas dunia. PT PAL selalu berlimpahan order pemesanan kapal yang datangnya dari negara-negara maju menyerupai Jepang, Jerman, Italia, Hongkong, dan lain-lain sampai-sampai PT PAL menolak order yang tiba tersebut alasannya yakni saking banyaknya. Sebenarnya apakah yang menjadi diam-diam PT PAL bisa bangun dari ganggua krisis tahun 1997 dan kini bisa menjadi perusahaan dalam negeri yang menjual produknya hingga ke level dunia? Bukan aset, sistem, atau teknologinya, tapi yang sangat berperan yakni sumber daya manusianya. Sumber daya insan ini pun terbentuk alasannya yakni satu hal, tidak lain yakni budaya organisasi yang dimiliki oleh PT PAL.
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana citra umum PT. PAL?
2. Bagaimana keadaan budaya organisasi yang terdapat pada PT. PAL?
3. Apakah terdapat imbas budaya organisasi terhadap kemajuan PT. PAL dan kinerja karyawannya?
1.3. Tujuan penulisan
1. untuk mengetahui citra umum mengenai PT.PAL
2. untuk mengetahui budaya organisasi yang terdapat di PT. PAL
3. untuk mengetahui imbas budaya organisasi terhadap kesuksesan PT.PAL dan kinerja karyawannya.
1.4. Metode penulisan
Metode penulisan yang penulis gunakan untuk menyusun makalah ini yakni studi literatur yang bersumber dari buku ilmiah, internet, dan sumber-sumber bacaanya lainnya menyerupai majalah pengetahuan dan lainnya.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB 1. Pendahuluan
1.1. Latar belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan masalah
1.4. Metode penulisan
1.5 Sistematika penulisan
BAB 2. Kerangka teori
2.1. Pengertian budaya organisasi
2.1.1. Definisi budaya organisasi
2.1.2. Budaya merupakan istilah diskriptif
2.1.3. Budaya besar lengan berkuasa lawan budaya lemah
2.1.4. Budaya vs formalisasi
2.2 Fungsi budaya
2.3 Proses terbentuknya budaya organisasi
2.3.1. Cara karyawan mempelajari budaya
2.3.2 Menciptakan budaya organisasi yang etis
2.4 Menjaga budaya semoga tetap hidup
BAB 3. Pembahasan
3.1 Gambaran umum
3.2 Budaya organisasi yang ada di PT.PAL
3.3. Keterkaitan budaya organisasi yang ada di PT. PAL dengan kesuksesan yang dicapai PT.PAL
BAB 4. Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1. Pengertian budaya organisasi
2.1.1. Definisi budaya organisasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menuntaskan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang membuat keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya niscaya terbentuk dalam organisasi dan sanggup pula dirasakan keuntungannya dalam memberi bantuan bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Budaya organisasi yakni sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi berdasarkan beberapa andal :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi yakni sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun sikap dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll menyerupai yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi yakni cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi yakni suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi yakni pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang gres sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan mencicipi problem yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mensugesti cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam penelitian ini yakni sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mensugesti cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
Ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan merupakan hakikat kultur sebuah organisasi:
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko
Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian pada hal-hal rinci
Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3. Orientasi hasil
Sejauh mana administrasi berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang dipakai untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang
Sejauh mana keputusan-keputusan administrasi mempertimbangkan imbas dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam organisasi.
5. Orientasi tim
Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada individu-individu.
6. Keagresifan
Sejauh mana orang bersikap bergairah dan kompetitif ketimbang santai.
7. Stabilitas
Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
2.1.2. Budaya merupakan istilah deskriptif
Kultur organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan memahami karakteristik kultur suatu organisasi. Bukan dengan apakah mereka menyukai karakteristik itu atau tidak. Kultur organisasi yakni suatu istilah diskriptif. Ini penting alasannya yakni hal ini membedakan konsep ini dari konsep kepuasan kerja.
Penelitian mengenai kultur organisasi berupaya mengukur bagaimana karyawan memandang organisasi mereka: apakah mendorong kerja tim, apakah menghargai inovasi, menekan inisiatif atau sebaliknya, kepuasan kerja berusaha mengukur respon afektif terhadap lingkungan kerja, kepuasan kerja bekerjasama dengan bagaimana karyawan mencicipi ekspektasi organisasi, praktik-praktik imbalan dan sebagainya. Antara kultur organisasi dan kepuasan kerja mempunyai arti yang tumpang tindih, alasannya yakni kultur organisasi bersifat diskriptif sedangkan kepuasan kerja bersifat evaluatif.
2.1.3. Budaya besar lengan berkuasa lawan budaya lemah
Dalam kultur yang besar lengan berkuasa (strong culture), nilai-nilai inti organisasi dipegang teguh dan dijunjung bersama. Semakin banyak anggota yang mendapatkan nilai-nilai inti dan semakin besar komitmen mereka terhadap banyak sekali nilai itu, semakin besar lengan berkuasa kultur tersebut. Selaras dengan definisi ini, kultur yang besar lengan berkuasa akan mempunyai imbas yang besar terhadap sikap anggota-anggotanya alasannya yakni kadar kebersamaan dan intensitas yang tinggi membuat suasana internal berupa kendali sikap yang tinggi.
Salah satu hasil spesifik dari kultur yang besar lengan berkuasa yakni menurunnya tingkat perputaran karyawan. Kultur yang besar lengan berkuasa pertanda komitmen yang tinggi antara anggota mengenai apa yang diyakini organisasi. Keharmonisan tujuan semacam ini membangun kekompakan, loyalitas, dan komitmen keorganisasian. Sifat-sifat ini , pada gilirannya, memperkecil kecenderungan karyawan untuk meninggalkan organisasi.
Sebuah budaya organisasi yang lemah yakni ketika orang-orang dalam organisasi tidak baiklah pada kepercayaan dasar yang sama dan nilai-nilai sebagai berlaku untuk organisasi, dan menggantikan mereka cenderung mempunyai ide-ide mereka sendiri, kepercayaan dan sikap dll Akibatnya, orang-orang dikendalikan dengan cara memakai hukum dibatasi, prosedur, pengawasan dan birokrasi dalam organisasi
2.1.4. Budaya vs formalisasi
Kultur organisasi yang besar lengan berkuasa meningkatkan konsistensi perilaku. Dalam pengertian ini, diartikan bahwa kultur yang besar lengan berkuasa sanggup bertindak sebagai pengganti formalisasi. Formalisasi yang tinggi dalam sebuah organisasi membuat prediktabilitas, keteraturan, dan konsistensi. Persoalannya yakni kultur yang besar lengan berkuasa bisa mengantar anggota organisasi mencapai tujuan yang sama tanpa perlu dokumentasi tertulis.
Karena itu kita bisa memandang formalisasi dan kultur sebagai dua jalan yang berbeda menuju ke tujuan yang sama. Semakin besar lengan berkuasa kultur sebuah organisasi, semakin kecil kebutuhan administrasi untuk menyusun dan memutuskan bermacam-macam hukum dan ketentuan formal yang dimaksudkan guna menuntun sikap karyawan. Tuntunan itu akan diinternalisasikan dalam diri karyawan ketika mereka memeluk kultur organisasi tersebut.
BERSAMBUNG .............
FILE TERSUSUN RAPI FORMAT DOCX (bisa di edit)
silahkan sms langsung, file akan dikirim via email
TERIMAKASIH .............SEMOGA BERMANFAAT
0 Response to "Contoh Budaya Organisasi Di Perusahaan"
Post a Comment