Asslamaualaikum Wr. Wb. Apakabar Sobat KAI Semoga Kita Masih diberikan Kesehatan Selalu Oleh Allah SWT, Pada kesempatan kali ini Kita akan membahas mengenai Pengertian Puasa mungkin tidak Asing lagi ditelinga Sobat KAi Tentang Pertian puasa bagi umat muslim di seluruh dunia, merupakan cuilan integral dari perilaku penyerahan diri sebagai makhluk di hadapan pencipta, Al-Khaliq. Kapan dilaksanakan, apa yang menjadi dorongan, dan bagaimana cara melaksanakan puasa akan memilih apakah puasa tersebut bernilai sebagai ibadah wajib, sunah, makruh, atau bahkan bisa menjadi perbuatan yang haram.
Pengertian Puasa
Pengertian puasa dalam kaidah bahasa bisa diartikan sebagai menahan. Menahan di sini, yaitu menahan dari hal-hal yang masuk ke dalam lisan dalam bentuk masakan dan minuman, bahkan juga diartikan menahan dari perbuatan dan bicara.
Dalam petikan surat Maryam ayat 26 dijelaskan bahwa, ”Sesungguhnya saya telah Aku telah bernazar berpuasa demi Tuhan yang Maha Pemurah, sebetulnya Aku tidak akan berbicara dengan seorang insan pun pada hari ini."
Sementara Pengertian puasa berdasarkan secara syariah Islam disepakati para ulama, yaitu menahan dari apa pun yang membatalkan puasa, disertai niat untuk berpuasa dari terbit fajar hingga karam matahari (maghrib). Ada pula sebagian ulama yang mendefinisikan kata-kata ’membatalkan puasa’ itu sebagai perbuatan dua anggota badan, yaitu perut dan alat kelamin.
Dalam selain agama Islam, dikenal pula acara puasa. Para pendeta, contohnya senantiasa melaksanakan puasa untuk menambah pahala, kaum Yahudi pun mengenal puasa bicara. Puasa bagi umat Buddha dan sebagian Yahudi merupakan cuilan dari acara bertapa.
Bagi umat muslim, salah satu hikmah melaksanakan puasa yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan memperoleh derajat yang agung di hadapan Allah Swt berupa ketakwaan. Hal ini menyerupai dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183, yang artinya, ”Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana telah diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu, supaya kau bertakwa.”
Selain puasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, umat muslim mengenal puasa lain yang sifatnya sunah, menyerupai puasa Senin-Kamis, yakni puasa setiap hari Senin dan Kamis saja. Karena sifatnya puasa sunah, maka tidak ada kewajiban dan paksaan dalam pelaksanaannya.
Di samping puasa Senin-Kamis dikenal pula puasa nazar, yaitu puasa atas alasannya atau tujuan tertentu yang diniatkan akan berpuasa apabila sebab-sebab itu terjadi. Misalnya, seseorang bernazar ”Saya akan puasa seminggu penuh kalau diterima jadi pegawai negeri sipil”. Setelah ia berhasil menjadi PNS, maka terkena aturan wajib untuk puasa seminggu penuh tersebut hingga kapan pun dan akan menjadi utang manakala belum dilaksanakan.
Sebagian ulama beropini bahwa apabila seseorang tidak sanggup melaksanakan puasa nazar, maka ia wajib memerdekakan budak sahaya atau kalau tidak ada, ia wajib memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin.
Puasa-puasa sunah lain di antaranya yakni puasa nisfu Sya’ban yang dilaksanakan pada awal atau pertengahan bulan Sya’ban, puasa pertengahan bulan, puasa Asyura yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharam, puasa Arafah yang dilaksanakan pada tanggal 9 bulan Haji untuk orang yang tidak sedang melaksanakan haji, atau puasa 6 hari di bulan Syawal sebagai puasa sunah penyempurna ibadah puasa Ramadhan.
Puasa Bagi Kehidupan Manusia
Kemampuan setiap orang dalam mengendalikan dirinya merupakan aspek penting dalam pergaulan insan untuk menuju tata kehidupan yang harmonis, penuh tenggang rasa, dan cinta kasih. Dengan argumen demikian, semakin terlihatlah bahwa arti puasa mempunyai tugas penting dalam kehidupan manusia.
Puasa bukanlah sekadar menahan rasa lapar dan haus atau sebuah tindakan yang seperti menawarkan perilaku tenggang rasa terhadap orang-orang yang sedang mengalami kelaparan, sehingga pada ketika waktu puasa berakhir, terkadang kita jadi sedikit hiperbola dalam hal makan dan minum.
Selain itu, hiperbola juga untuk menawarkan bahwa berpuasa yakni suatu tindakan untuk menawarkan perilaku tenggang rasa kita kepada orang-orang yang kelaparan. Puasa kita mempunyai batas simpulan waktu dan kita punya masakan untuk mengakhiri puasa. Namun, puasa orang-orang yang sedang kelaparan tidak mempunyai kejelasan akan batas simpulan waktu. Begitu pula dengan persediaan masakan untuk mengakhirkan puasanya.
Puasa bagi umat Islam yakni menahan diri dari makan dan minum, serta menahan segala sesuatu yang sanggup membatalkan puasa. Waktunya dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Itu pun harus disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Di dalam agama Islam, puasa yakni salah satu rukun Islam yang ketiga, yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam. Banyak jenis puasa yang ada di dalam pedoman agama Islam, ada yang wajib dilaksanakan dan ada yang sunah untuk dilaksanakan. Salah satu puasa wajib bagi umat Islam yakni puasa Ramadhan.
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan oleh semua umat Islam, kecuali orang-orang yang dibolehkan untuk tidak berpuasa, tapi itu juga harus dibayar pada hari lain, selain bulan Ramadhan.
Puasa sunah boleh dikerjakan dan boleh juga tidak. Apabila dilaksanakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak apa-apa. Contoh puasa sunah yakni puasa hari senin dan kamis atau puasa arafah.
Banyak manfaat yang sanggup diambil dari berpuasa. Sebagai umat Islam puasa di bulan Ramadhan tidak hanya menahan lapar dan haus saja, tapi juga menahan lainnya, menyerupai yang sudah disebutkan tersebut. Berikut ini yakni manfaat dari berpuasa bagi diri kita sendiri.
Pengertian puasa yang pertama yakni janji bahwa kita akan berguru jujur pada diri sendiri. Seseorang yang menjalani puasa secara tulus akan bersikap enggan untuk membohongi diri sendiri. Sekalipun tidak ada orang yang melihat, ia tidak akan mencuri-curi kesempatan untuk makan dan minum atau melaksanakan hal lain yang sanggup membatalkan puasanya.
Sikap ini didorong oleh harapan untuk mendapatkan suatu kepuasan batin. Apabila ada seseorang yang mengaku berpuasa, namun tidak mempunyai kejujuran pada dirinya sendiri, mungkin ia akan mendapatkan akreditasi kesalehan dari orang lain. Namun, jauh dilubuk hatinya, akreditasi yang ia sanggup dari orang lain itu tidak akan pernah mendatangkan kepuasan bagi batinnya.
Kemenangan hakiki dalam setiap pertarungan hanya akan bisa memuaskan batin, bila didapat dengan cara-cara yang jujur. Di luar itu, kemenangan hanya akan jadi realitas semu. Demikian juga dalam pertarungan melawan hawa nafsu, hanya kita sendiri yang tahu. Dengan cara apa kita berhasil memenangkannya? Cara jujur atau curang?
Mengingat Pertian puasa yakni janji bahwa kita akan bersikap jujur pada diri sendiri, andai kita berbuat curang, dengan sendirinya kita telah berada di luar janji tersebut. Otomatis puasa yang kita jalani akan jadi kehilangan makna dan pahalanya tidak ada.
Bagaimana orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa, tapi melaksanakan tindakan yang tidak jujur, menyerupai mencuri. Hal tersebut dikembalikan lagi kepada pribadinya sendiri, apakah ia memahami arti puasa itu sendiri.
Jangan mencontoh pada yang buruk, tapi contohlah yang baik. Laksanakanlah puasa dengan kejujuran dan hasil yang kita sanggup pun akan terasa ketika waktu berbuka puasa tiba.
Melatih anak berpuasa semenjak dini juga, sanggup melatih anak tersebut untuk bersikap jujur. Hal tersebut menciptakan anak menjadi mengerti apa arti berpuasa di kemudian harinya.
Pengertian puasa yang kedua yakni pengendalian diri (self control). Ketika menjalani puasa, kita akan berhadapan dengan hal-hal yang sebenarnya dihalalkan bagi kita. Namun, lantaran kita sedang berpuasa, hal-hal yang halal tersebut untuk sementara waktu diharamkan bagi kita. Kita pun dengan suka rela mendapatkan ketentuan ini.
Kita tidak boleh memakan dan meminum semua masakan dan minuman halal yang kita punyai. Kita juga tidak boleh melaksanakan relasi suami istri dengan pasangan hidup kita yang sah. Anehnya, kita tidak berkeberatan dengan hal itu. Bahkan, mematuhinya. Kenapa?
Karena kita betul-betul menyadari wacana arti puasa bahwa mengendalikan diri yakni aspek penting bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya kemampuan dalam mengendalikan diri, sangat sulit untuk membedakan mana insan dan mana binatang.
Bisa dibayangkan bila setiap orang sanggup untuk mengendalikan dirinya, sanggup untuk mengendalikan keinginannya dalam kehidupan sehari-hari, dunia ini akan tentram tanpa kejahatan. Bayangkan, dengan berpuasa, seseorang bisa mendapatkan ketentuan yang mengharamkannya untuk menikmati sesuatu yang sebenarnya halal baginya.
Dengan hal tersebut, sesuatu yang benar-benar haram niscaya akan segera ditinggalkan. Bukannya mencari dalih bagaimana caranya menghalalkan sesuatu yang nyata-nyata haram supaya bisa dikorupsi secara aman.
Dengan rajin beribadah puasa, insan bisa terhindar dari segala macam penyakit hati, menyerupai sombong, kikir, iri hati, dendam, dan sebagainya. Hati kita akan tentram dan damai, apabila kita bisa mengendalikan diri kita. Semoga Pertian puasa tersebut sanggup bermanfaat dan menambah keimanan dan ketakwaan Kita.
Sekian dulu Postingan Kali ini Semoga Bermanfaat Bagi kita Semua, Wassalmualaikum Wr. Wb.
0 Response to "Lengkap Pengertian Puasa Dan Macam-Macam Puasa Dalam Islam"
Post a Comment