Contoh Teori Kepemimpinan

( 18 halaman )






A. PENDAHULUAN
Begitu banyak pertanyaan yang terlintas dalam benak kita saat berbicara wacana kepemimpinan. Pertanyaan yang fundamental ialah apakah pemimpin itu lahir begitu saja (pemimpin suatu kelompok)? Kalau singa, sudah dilahirkan menjadi raja hutan, tetapi insan ada yang mempunyai talenta menjadi pemimpin, belum tentu sanggup memimpin dengan baik bila tidak disertai dengan ilmu. Untuk menjawab pertanyaan ini ada satu selogan yang sanggup kita jadikan dasar pemikiran biar mempelajari teori kepemimpinan yaitu Semua insan dilahirkan kedunia ini untuk memimpin, paling tidak pemimpin dirinya sendiri. Pertanyaan berikutnya ialah bagaimana seorang pemimpin sanggup membangun dan besar lengan berkuasa dalam lingkungan yang dipimpinnya ? Pertanyaan – pertanyaan ini hanya sanggup dijawab dengan memakai teori kepemimpinan.

B. LATAR BELAKANG
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi, tidak sanggup dibantah merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Oleh alasannya itu, memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah sanggup dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktivitas organisasi secara keseluruhan. Seorang pemimpin harus mengerti wacana teori kepemimpinan biar nanti mempunyai refrensi dalam menjalankan sebuah organisassi. Untuk mengkaji lebih dalam wacana konsep kepemimpinan maka dalam makalah ini kami akan dibahas wacana teori dan gaya kepemimpinan.

C. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang diatas maka kami sebagai penulis merumuskan beberapa topic permasalahan yang akan dikaji lebih dalam pembahasan makalah dibawah ini. Topik permasalahan itu antara lain:
1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
2. Teori-teori wacana kepemimpinan
3. Model Kepemimpinan
4. Tipe Seorang Pemimpin

D. PEMBAHASAN
Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi pemimpin berasal dari kata pimpin yang berari “The art of influencing and directing meaninsuch away to obatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission” ( kepemimipana ialah seni untuk mempengaruhi dan menggerakan orang-orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek dan kerjasama secara loyal untuk menuntaskan suatu tugas- Field Manual 22-100). Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), “leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good”. Menurut definisi tersebut, kepemimpinan sanggup didefinisikan sebagai suatu sikap dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi kegiatan para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memperlihatkan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan berdasarkan Anderson (1988), “leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance”. Menurut Sayidiman Suryohadiprojo, di lingkungan Belanda. Pengertian kepemimpinan (kurang lebih sama dengan leiderschap) ialah satu kemampuan insan yang diperoleh dari lahir, bukan alasannya menerima pendidikan tertentu.
Pada dasarnya, fungsi kepemimpinan mempunyai dua aspek dasar yaitu :
1. Fungsi administrasi, yaitu mengadakan formulasi kebijasanaan manajemen dan menyediakan fasilitasnya
2. Fungsi sebagai top manajemen, yaitu mengadakan planning, organizing, staffing, directing commanding, controlling, dan sebagainya.
Albert Enstein menyampaikan Religion “without science is blind, science without religion is lame” yamg artinya Agama tanpa ilmu pengetahuan ialah buta, ilmu pengetahuan tanpa agama ialah menciptakan pincang .

Teori Kepemimpinan
1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah wacana kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan , bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam perkemabangannya, teori ini menerima imbas dari pemikiran sikap pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga sanggup dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain ; sifat fisik, mental dan kepribadian
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, sikap seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini mempunyai kecenderungan kea rah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yangØ menggambarkan hubungan erat dengan bawahan. Contoh tanda-tanda yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpinØ yang memperlihatkan batasan kepada bawahan. Contoh yang sanggup dilihat, bawahan menerima isyarat dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik ialah bagaimana seorang pemimpin yang mempunyai perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
3. Teori kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
¯ Substansinya ialah insan bukan tugas.
¯ Kurang menekankan hirarki
¯ Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok
¯ Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma
¯ Pengendalian diri sendiri, adaptasi bersama
4. Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah pemikiran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman wacana pekerja – lebih berorientasi pada insan sebagai pelaku.
Beberapa tokohnya, antara lain:
a. Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menjadikan suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya biar timbul kepuasan.
b. Douglas Mc Gregor (1906-1964)

Teori X dan teori Y
Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards & punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melaksanakan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
5. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan.
Teori Humanistik dengan para pencetus Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah insan merupakan “motivated organism”. Organisasi mempunyai struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan ialah memodifikasi organisasi biar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu; (1), kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2), organisasi yang disusun dengan baik biar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi yang erat dan serasi antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup hening bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).

Model Kepemimpinan
Telah banyak pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur. Namun yang paling umum kita jumpai dalam keseharian kita diantaranya adalah:
a. Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti wacana adab individu yang menempel pada diri para pemimpin, menyerupai misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974). Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, adab pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam memilih keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi adab atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik adab dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970). Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa “leadership is a relation that exists between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situation” (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka imbas adab yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai imbas yang tidak signifikan. Kegagalan studi-studi wacana kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang terperinci antara adab pribadi pemimpin dan kepemimpinan, menciptakan para peneliti untuk mencari faktor-faktor lain (selain faktor watak), menyerupai contohnya faktor situasi, yang diperlukan sanggup secara terperinci menunjukan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut.
b. Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model adab kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studistudi wacana kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang menciptakan seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan adab kepribadian pemimpin. Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih memilih keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan adab pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik kiprah atau kiprah (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai alasannya model ini tidak sanggup memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.
c. Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memperlihatkan informasi wacana tipe-tipe tingkah laris (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laris para pemimpin sanggup dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan hingga sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta hingga sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan perjuangan para pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan hingga sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan hingga sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan menyerupai contohnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations). Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laris pemimpin yang efektif cenderung memperlihatkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka beropini bahwa pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang sanggup menangani kedua aspek organisasi dan insan sekaligus dalam organisasinya.
d. Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik adab pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan adab atau tingkah laris dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987). Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi alasannya model tersebut beranggapan bahwa bantuan pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut ialah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur kiprah (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).
Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan hingga sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur kiprah menjelaskan hingga sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara terperinci dan hingga sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan mekanisme yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan hingga sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin alasannya posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa mempunyai akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan hingga sejauh mana pemimpin (misalnya) memakai otoritasnya dalam memperlihatkan eksekusi dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, beropini bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laris pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laris pemimpin sanggup dikelompokkan dalam 4 kelompok:









 BERSAMBUNG






Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Teori Kepemimpinan"

Post a Comment