Contoh Menjadi Seorang Pemimpin




KATA PENGANTAR
 
Selama beberapa hari penulis telah membaca ± 20-an buku mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Dari semua buku yang telah penulis baca terdapat majemuk karakteristik dari seorang pemimpin dan makna dari sebuah kepemimpinan. Tapi semua itu intinya sama, alasannya yakni untuk menjadi seorang pemimpin yang mempunyai sifat kepemimpinan, pertama-tama yang harus dilakukan yakni menjadi pemimpin bagi diri sendiri.

Dengan mempelajari dan memahami mengenai kepemimpinan, penulis menemukan bahwa perjalanan ke dalam diri dan menemukan jati diri kita yang sesungguhnya yakni perjalanan yang indah dan mengasyikkan. Dan apa pun yang kita butuhkan untuk senang sanggup kita temukan didalam diri kita sendiri.
Untuk itu penulis menciptakan satu kesimpulan dari seluruh buku yang telah dibaca. Dan kesimpulan tersebut dijadikan sebuah makalah yang berjudul “ Be A Leader”.

Penulis berharap makalah ini sanggup menjadi pinjaman tersendiri kepada seluruh pembaca dan menjawab semua pertanyaan penting dalam hidup ini, yaitu “Siapakah Anda?”, “ Mengapa Anda ada disini?” dan “Untuk apakah hidup ini?”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum mencapai kesempurnaan, alasannya yakni kritik dan saran dari Dosen pengajar maupun pembaca sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini membawa manfaat dan sanggup membantu para pembaca untuk menambah serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan.

PENDAHULUAN

Setiap orang intinya yakni seorang pemimpin. Menjadi pemimpin yakni fitrah setiap manusia. Namun alasannya yakni satu dan lain hal, fitrah ini menjadi tersembunyi, terkotori bahkan mungkin telah usang hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin. Mereka telah usang menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain dan lingkungan disekitarnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan “disadarkan” akan besarnya potensi yang mereka miliki.

Untuk membangunkan mereka bahwasanya tidak terlalu sulit. Anda hanya perlu memperkenalkan satu kata kunci kepada mereka. Kata asing tersebut yakni “choice” yang berarti “pilihan”. Kata ini mengandung makna yang sangat dramatis. Siapa pun anda, apa pun pekerjaan anda, begitu anda sadar bahwa anda mempunyai pilihan, seketika itu juga anda akan memegang kendali hidup anda. Begitu anda menyadari makna yang dikandung oleh kata “pilihan”, anda akan pribadi bermetamorfosis seorang pemimpin.

Namun menemukan kekuatan “pilihan”, bahwasanya barulah merupakan langkah awal untuk menjadi seorang pemimpin. Langkah berikutnya yakni menyadari bahwa setiap pilihan yang anda ambil senantiasa mempunyai konsekuensi yang –sayangnya- tidak sanggup anda atur. Konsekuensi ini diatur oleh sesuatu yang berada diluar kita, yaitu aturan alam. Kepemimpinan pada hakikatnya yakni mengambil pilihan dan konsekuensinya sekaligus. Kita tidak sanggup memisahkannya alasannya yakni keduanya berada dalam satu paket. Sikap mendapatkan konsekuensi inilah yang disebut tanggungjawab (responsibility). Inilah hakikat kepemimpinan yang sebenarnya. Kepemimpinan sama sekali tidak ditentukan oleh faktor-faktor eksternal menyerupai yang biasanya kita kenal dalam dunia politik. Kemimpinan yakni perjalanan ke dalam diri anda sendiri untuk menumbuhkan kekuatan pilihan dan tanggungjawab. Semuanya di dasarkan pada pemahaman yang benar terhadap aturan alam.

Hakikatnya insan tidak hanya menjadi sekadar makhluk yang berdimensi fisik tapi juga mempunyai dimensi lainnya menyerupai sosial emosional, mental dan spiritual. Ketiga dimensi yang terakhir itu hanya sanggup didekati dengan kepemimpinan (leadership). Makara pendekatan kepemimpinan yakni mengubah manusianya supaya tidak mencuri, merampok dan memasuki ruamah orang lain tanpa ijin. Dalam pendekatan kepemimpinan menghasilkan hal-hal menyerupai : kejujuran (honesty), integritas (Integrity), kepercayaan (trust), janji (commitment), tanggungjawab (responsibility), kematangan (maturity), kebersamaan (togetherness), motivasi (motivation), pemberdayaan (empowerment), rasa mempunyai (sense of belonging – sense of ownship), dan sebagainya.


LEADER !!!

Siapakah yang disebut pemimpin? Apa pula yang dimaksud dengan kepemimpinan? Pertanyaan menyerupai ini sering menciptakan orang berpikir dan merenungkan makna kata ini secara lebih mendalam. Memahami kepemimpinan secara benar sangat penting alasannya yakni disinilah hakikat kemanusiaan kita berada.
Anda sendiri yakni pemimpin. Setiap insan dilahirkan sebagai pemimpin. Kepemimpinan merupakan fitrah kita sebagai manusia. Kepemimpinan yakni suatu amanah yang diberikan Tuhan yang suatu ketika harus kita pertanggung jawabkan. Leadership is an action, not a position. Karena itu siapapun anda, dimanapun anda berada, dan apa pun jabatan anda, anda yakni pemimpin, minimal memimpin diri anda sendiri.

Kepemimpinan bukanlah semata-mata perkara memimpin negara, perusahaan, organisasi maupn partai politik. Kepemimpinan yakni mengenai kita sendiri. Kepemimpinan yakni sikap kitasehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana menyerupai berbakti pada orang tua,tidak berbohong, mengunjungi mitra yang sakit, bersilahturahmi dengan tetangga, mendengarkan keluh kesah seorang sobat maupun mengemudikan kendaraan di tengah kemacetan kemudian lintas.

Untuk menumbuhkan kepemimpinan, ada 3 hal yang perlu anda lakukan :
a. Menyadari bahwa nasib berada ditangan anda sendiri. Andalah yang merupakan sutradara terhadap kehidupan anda. Tuhan tidak akan mengubah nasib anda jikalau anda sendiri tidak berusaha mengubahnya.
b. Sebagai sutradara, anda harus menuliskan skenario hidup anda. Andalah yang paling tahu apa yang penting dan apa yang tidak penting dalam hidup anda. Disini anda harus tetapkan nilai-nilai yang anda akan jalani dalam hidup.
c. Menulis skenario saja tidak cukup. Anda harus menjalankan skenario anda tersebut. Untuk itu anda hanya akan melaksanakan hal-hal yang penting. Inilah hal-hal yang sudah anda putuskan sebagai nilai-nilai anda.

Dengan melaksanakan ketiga hal tersebut anda akan bisa memimpin diri anda sendiri. Hal ini yakni sebuah tindakan yang sangat strategis. Seperti kata Kung Fu, “Memimpin diri sendiri yakni prasyarat sebelum kita sanggup memimpin orang lain”. Ini merupakan suatu tahapan dan proses yang tidak bisa dibalik.


WAKE UP !!!

Setiap orang sanggup mengatur dirinya sendiri. Sayangnya, banyak orang yang tidak sadar. Mereka sedang tertidur, mungkin sepanjang hidupnya. Karena itu kiprah kita yakni “membanggunkan” mereka. Untuk menjadi sadar ada 3 (tiga) hal yang perlu anda lakukan, yaitu :
1. Memahami Diri (Self Understanding)
Ini yakni memahami diri anda sendiri. Untuk menjadi pemimpin anda harus sadar siapakah diri anda sebenarnya. Ini menyerupai yang dikatakan Socrates, “kenalilah dirimu” dan Nabi Muhammad SAW melanjutkan pernyataan tersebut dengan mengatakan, “siapa yang mengenali dirinya akan mengenali Tuhannya”. Mengenal diri sendiri yakni dasar dari kecerdasan spiritual (SQ).
Untuk itu kita perlu memikirkan pertanyaan-pertanyaan fundamental : siapakah kita, untuk apa kita hidup, darimana kita berasal dan kemana kita akan pergi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu kita jawab biar kita sanggup menghayati kehidupan yang lebih bermakna. Tanpa mengenali diri kita dengan benar, sulit untuk menemukan makna kehidupan. Kehidupan yang sangat maju dalam dimensi fisik justru sering menjadikan kekosongan jiwa. Di negara-negara maju menyerupai Jepang, Denmark, Swedia dan Norwegia banyak terjadi perkara bunuh diri. Tiadanya makna hidup menciptakan orang menjadi sangat rentan terhadap penderitaan. Hidup bukanlah sebuah perjalanan menanjak atau meningkat. Hidup yakni sebuah perjalnan melingkar. Kita memulai perjalanan dari 1 titik dan suatu ketika tanpa disadari kita akan tiba kembali di titik semula. Setiap orang mempunyai bulat yang berbeda-beda besarnya
2. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Hal ini berarti sadar akan perasaan anda sendiri. Untuk menjadi pemimpin anda harus mempunyai Emotional Literacy. Anda harus “melek emosi”. Anda harus sanggup mengenali dan mengidentifikasi perasaan apapun yang sedang anda rasakan. Ini yakni dasar dari kecerdasan emosi (EQ). Untuk mengenali perasaan yang terdalam, kita perlu senantiasa memisahkan diri kita dengan emosi yang kita rasakan. Kita bukanlah emosi-emosi kita. Kita yakni kita. Kita tidak berubah, sebaliknya emosi berubah setiap saat. Kita laksana langit, sementara emosi yakni awan yang tiba silih berganti. Pemahaman semacam ini menyadarkan kita bahwa kita bahwasanya lebih berpengaruh daripada emosi kita. Kita sanggup mengatur emosi, bukannya sebaliknya. Kesadaran diri dengan demikian menyampaikan bahwa kitalah yang bertanggungjawab terhadap perasaan kita sendiri.
3. Penguasaan Diri (Self Control)
Ini berarti sadar sepenuhnya akan apa yang anda lakukan. Ini yakni hasil dari kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi. Seorang pemimpin menyadari bahwa ia tidak sanggup mengontrol stimulus yang masuk, tetapi ia selalu sanggup mengontrol respon yang ia berikan. Dengan demikian ia tidak membiarkan perasaan dan emosinya mengendalikan keputusannya.

Pengendalian diri gres sanggup terlihat pada situasi yang sulit dan melibatkan emosi. Para jago menemukan bahwa murka merupakan suasana hati yang paling sulit dikendalikan. Pada ketika kita marah, pikiran kita dipenuhi oleh pembenaran diri dan argumen-argumen yang amat meyakinkan kita biar melampiaskan amarah. Bahkan berbeda dengan kesedihan, amarah menjadikan semangat, bahkan menggairahkan. Karena itu jikalau ingin tahu kualitas kepemimpinan anda, lihatlah apa yang anda lakukan ketika marah. Kemampuan melaksanakan jeda dengan banyak sekali macam teknik merupakan kunci kepemimpinan anda. Pengendalian diri juga ditunjukkan oleh keberanian seseorang untuk menciptakan janji dan melaksanakan janji tersebut. Hal-hal besar sering kali berawal dari komitmen-komitmen kecil, alasannya yakni itu sebelum menciptakan janji untuk orang banyak, latihlah diri anda dengan menciptakan komitmen-komitmen yang sederhana. Kepemimpinan akan muncul begitu anda bisa menjalankan janji tersebut dan menaklukan diri anda.












BERSAMBUNG






Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Menjadi Seorang Pemimpin"

Post a Comment