Menjelaskan Durasi, Tekanan dan Jeda fonologi Arab
a. Durasi (Thu:l al-Shaut)
Durasi berarti panjang waktu relatif dipertahankannya alat-alat ucap pada suatu posisi. Bahasa-bahasa tertentu membedakan antara dua atau lebih rentang waktu bunyi-bunyi wicara. Panjang-pendek suatu suara (length) bahasa mengatakan usang waktu dipertahankannya posisi alat ucap. Tentu saja panjang suara bahasa berbeda-beda. Dalam goresan pena fonetik, tanda menyerupai : dan :: (length) lni digunakan sebagai menunjukan panjang.
Durasi di dalam bahasa arab untuk membedakan makna. Misalnya pada kata ka:taba, pengucapan konsonan [k] dengan memakai rentang waktu, dan kataba tanpa memakai waktu, sudah menciptakan kata tersebut berbeda maknanya. Yang pertama mempunyai arti ‘saling berkirim surat’, sementara yang kedua berarti ‘menulis’. Kualitas berkaitan pula dengan panjang-pendeknya suatu kata. Contohnya pada pengucapan vokal [i] pada li ab. Mengucapkan suara vokal [i] dengan memanjangkan [li:], akan berbeda maknanya pada mengucapkan suara [i] dengan memendekkannya (li). Yang pertama bermakna ‘saya punya bapak’, sementara yang kedua mempunyai arti ‘milik bapak’. b. Tekanan (Nabr; Stress)
Keras lemahnya tekanan (stressing), ditandai oleh gerak alat-alat ucap yang lebih bertenaga dan memakai otot-otot yang lebih tegang dalam menghasilkan suara (Nasr, 1967 : 47). Dalam fonetik dikenal beberapa tanda yang mengatakan tekanan keras, tekanan sekunder, dan tekanan tersier. Tanda tingkat ini bergantung kepada ketelitian pemerian. Tekanan menyangkut problem keras-lunaknya bunyi. Suatu suara segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat, sehingga menjadikan amplitudonya melebar, niscaya dibarengi dengan tekanan yang keras. Sebaliknya sebuah suara segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat, sehingga amplitudonya menyempit, niscaya dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sprodis, mungkin juga telah berpola, mungkim juga bersifat disringtif. Dalam bahasa Indonesia tidak. Seperti, kata blackboard diberikan tekanan pada unsur black maka maknanya yaitu ‘papan tulis’; kalu tekanan diberikan pada unsur board berarti ‘papan hitam’. Dalam bahasa Indonesia kata orang bau tanah bila tekanan dijatuhkan baik pada unsur orang maupun tua maknanya tetap sama saja. Tekanan yang lazim digunakan dalam bahasa sanggup dibedakan menjadi lima, yaitu :
a). Tekanan naik, yaitu nada yang meninggi, ditandai dengan (... ‘)
b). Tekanan datar ditandai dengan {..É.}
c). Tekanan turun naik, yaitu nada yang merendah , yang ditandai dengan {.¡..}
d) Tekanan turun naik, yaitu nada yang merendah kemudian meninggi, yang ditandai dengan {.. i.}
e) Tekanan naik turun, yaitu nada yang meninggi dan kemudian merendah, ditandai dengan {.ˆ...}
Contoh tekanan dalam bahasa Arab, menyerupai pada kata [ká:tib] ‘penulis’ dan [kitá:b] ‘buku’. Kedua teladan tersebut menggabungkan antara suku kata pendek (al-muqtha’ al-qashi:r) pada [tib] (KVK) dan [ki] (KV); dan suku kata panjang (al-maqtha’ al-thawi:ʅ) pada ká: [KV:] dan tá:b (KV:K).
C. Jeda Atau Persendian
Jeda yaitu suatu hal yang menyangkut perhentian suara dalam bahasa. Suatu suara segmental dalam suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana, pastilah disertai dengan suara suprasegmental perhentian di sana-sini. Antara bahasa yang satu dengan yang lain mempunyai jeda yang berbeda-beda, ada yang jedanya terperinci dan ada yang tidak jelas.[1] Dan Jeda atau Persendian berkenaan dengan hentian suara dalam arus ujar. Disebut jeda alasannya adanya hentian itu, dan disebut persendian alasannya di daerah perhentian itulah terjadinya persambungan antara segmen yang satu dengan segmen yang lain. Biasanya dibedakan adanya sendi dalam (internal juncture) dan sendi luar (open juncture). Sendi dalm mengatakan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain. Sendi dalam ini, yang yang menjadi batas silabel, biasanya diberi tanda tambah (+). Misalnya:
Ø /am+bil/
/lam+pu/
/pe+lak+sa+na/
Menurut tampatnya, jeda sanggup dibedakan menjadi empat dan biasanya ditandai sebagai berikut:
a. Jeda antar suku kata ditandai dengan { + }
b. Jeda antar kata dalam frase ditandai dengan { ̷}
c. Jeda antar frase dalam klausa ditandai dengan { ̸̸ ̸}
d. Jeda antar kalimat dalam perihal ditandai dengan { # }
Contoh jeda dalam bahasa Arab menyerupai pada kalusa berikut:
[ndama:/tadrus/tanjah] ‘jika mau belajar, niscaya lulus’.
D. Nada Atau Pitch
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu suara segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknuya, kalau diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Nada ini dalam bahasa-bahasa tertentu sanggup bersifat fonemis maupun morfemis, tetapi dalam bahasa-bahasa lain, mungkin tidak.
Dalam bahasa-bahasa bernada atau bahasa tonal, menyerupai bahasa Thai dan Vietnam, nada ini bersifat morfemis, sanggup membedakan makna. Dalam bahasa tonal, biasanya, dikenal adanya lima macam nada, yaitu:
1. Nada naik atau meninggi yang biasanya diberi tanda garis ke atas /.... /
2. Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar ... /
3. Nada turun atau merendah, biasanya diberi tanda garis menurun /... /
4. Nada turun naik, yakni nada yang merendah kemudian meninggi, biasanya diberi tanda sebagai /..../
5. Nada naik turun, yaitu nada yang meninggi kemudian merendah, biasanya ditandai dengan / ... /
Nada yang menyertai suara segmental di dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini biasanya nya dibedakan adanya empat macam nada, yaitu:
a. Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4
b. Nada tinggi , diberi tanda dengan angka 3
c. Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2
d. Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1[2]
[1] Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. Dr. Abdullah, MA. Pengantar linguistik bahasa Arab (Klasik Modern), Cetakan 1, Jakarta,hal :57-58
[2] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta 2012,hal:121-122
0 Response to "Contoh Dan Klarifikasi Resume Linguistik; Durasi, Tekanan Dan Jeda Fonologi"
Post a Comment